RSS

Laman

Jadi, Sudahkah Kamu?



*di telfon*
"Halo tan, minal aidin wal faidzin ya."
*brb tutup*

Tips: telfon pakai henpon, siapa tau dia telfon balik. Kalau ditelfon balik kan sukur-sukur jadi berhubungan baik lagi.hehee #BerkahRamadhan


Udah mau lebaran. Apa kamu udah baikan sama mantan, mantan pdkt atau mantan pacar gitu? Atau sekedar menyapanya mungkin?

Atauuu, masih menganggap dia nggak penting? Kenapa? Kamu tanpa dia juga nggak tau arti masa lalu, bukan? Kamu tanpa dia, nggak belajar banyak pengalaman kan?

Iya sakit, tapi apa salahnya kalau kamu minta maaf dan jalin silaturahmi lagi? Toh kalau nggak begitu, malah jadi penyakit di diri sendiri kan. Lagi kalau difikir-fikir nggak semua masa lalu menyakitkan bukan? Buktinya kamu aja pernah bahagia sama dia. Kalau kamu nggak pernah bahagia, kenapa kamu mau sama dia?
Masih ada yang bilang "aku nggak bahagia kok sama dia"? Duh jangan terlampau munafik, sesederhana dia nanyain kabar kamu pasti ada segelintir senyum di wajahmu bukan, walau sesaat? Ya, ku yakin ada.

Setiap orang yang masuk ke dalam kehidupanmu, sadar nggak sadar pasti berpengaruh baik atau buruk untukmu. Sekarang, tinggal bagaimana kamu memandangnya dan menyikapinya.

Hmm...
Pernah terfikir nggak sih, suatu saat nanti ketika mereka telah mencapai masa gemilangnya teman, musuh, mantan siapa tahu bisa jadi teman rekan kerja atau bisnis kamu di masa depan. Menguntungkan bukan jika sekarang kamu bermaafan dan berteman baik?

Coba deh belajar mencoba melupakan semua kenangan buruk itu. Dan sugestiin setiap mau ingat kenangan buruk itu, coba alihin ke kenangan kamu sama dia yang baik-baik. Sesuatu yang dilakuin pakai hati pasti berhasil kok.

Sst...jangan nunggu biar dia duluan yang minta maaf, posisi kamu di mata dia juga mantan loh.

Jadi bagaimana, mau maafan kan? :)

Di Bawah Alam Tak Sadarku





Di waktu sore, aku yang sedang di depan gerbang kecil rumah perempuan setengah abad lebih memerhatikan lalu-lalang orang mencari ta'jil bukaan. Tiba-tiba aku melihat sosok laki-laki yang mengendarai motor, yang tak asing lagi dari perawakannya, sepertinya aku mengenalnya. Dan benar saja itu dia. Ayah yang sedang memerhatikan sekitar luar terlihat menegur sosok itu. Tak terdengar jelas, tapi sosok itu menanggapinya dengan
"Maaf om, cuma mau ketemu temen."

Aku yang seketika itu langsung mengumpat dibalik pagar. Tapi sepertinya di sudah melihatku. Dia menghampiriku dan aku pun mempersilahkan dia duduk di depan kost-kostan milik perempuan setengah abad lebih dari keluarga ibuku itu.

"Kamu ngapain ke sini? Kok bisa tahu?"
"Aku cuma mau main sama kamu."

Awalnya, ku kira aku risih, tapi sebenarnya lebih ke takut, takut orang rumah tau kehadirannya. Seberusaha mungkin aku tak memperlihatkan kekhawatiran itu di depannya. Aku tidak mau ia kecewa. Walau sebenarnya aku membohongi perasaan sendiri, aku senang kehadiran sosok itu.

Tak terasa terlalu asik kita bercengkrama, seakan waktu terbunuh begitu saja. Waktu yang seketika itu memasuki waktu berbuka, aku pun mengajak ia masuk untuk sekedar membasahkan lidah, mencicipi hidangan berbuka ala kadarnya. Tapi tak disangka-sangka, kehadiran dia welcome banget buat keluarga, seperti mereka pernah bertemu sebelumnya. Dia yang awalnya canggung mungkin takut sama Ayah, tapi sekarang mereka terlihat sering melontarkan senyum dan bercengkrama bagai sosok ayah dengan anaknya sendiri.

Dia terlihat akrab dengan keluargaku. Bahkan ketika hendak pamit pulang, omku sempat bercanda mengumpati kunci motornya. Tak terlihat lekukan marah di wajahnya. Hahaha aku yang seketika itu hanya bisa tertawa renyah melihat tingkah mereka.



*srekk*
Dingin tengah malam itu membangunkanku. Aku hanya coba memastikan itu bukan mimpi. Tapi apa daya, itu memang hanya mimpi. Berharap ketika aku terlelap kembali itu akan berlanjut, tetapi setelah aku coba memejamkan mata pun tak bisa. 
Walaupun begitu, senyum itu tersisa jelas di wajahku, bukan cuma di mimpi.
Di suatu malam, tepatnya tadi malam, aku tergambar jelas sosok itu, tepatnya kamu. Mimpi semalam itu seperti gula, manisnya ah. :$



Tapi sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, maksud mimpi itu apa? Hm.

Enam Belas


Ini kisah aku buat dia. Iya dia.



Nggak terasa udah satu tahun berlalu. Cuaca sore itu menemani Rara yang sedang duduk melamun di ruang tamu, tiba-tiba Rara kepikiran untuk ngerayain ulang tahun Aman,
"rencananya sih.. tanggal 12 kemarin kan Aman ngajak nonton. Nah nanti aku bilang sama dia nonton di Depok Town Square aja, terus nanti aku bawa dia naik angkot ke Harvest sambil mata dia ditutup."

Aman adalah masa lalu yang nyangkut dalam hati Rara. Ntah kenapa Rara selalu ingin melakukan suatu hal untuknya. Walau sebenarnya Rara cukup sadar dan tahu diri hanya ada kata 'teman' diantara mereka saat ini.

Hanya ada waktu kurang dari dua bulan untuk Rara mempersiapkan ini, termasuk budget.
Kalau hanya mengharapkan dari uang jajan mana cukup? belum untuk ngasih makan teman-temannya, belum untuk kemungkinan-kemungkinan lainnya. Tidak mungkin meminta ibu. Gumamnya. Berbagai otak dia putarkan*loh? Sampai akhirnya dia menemui ide yang menolong.

"Bu, besok bikinin aku pizza ya, mau aku bawa ke sekolah, kayaknya hasilnya lumayan."
"Tumben kamu jualan..."
"Hehe *menyengir tak bersalah*". Karena Rara tak mungkin memberitahu alasannya pada ibu.
Keesokan paginya...seperti biasa, Rara berangkat sekolah dengan diantarkan ayahnya, memasuki lingkungan sekolah, dan yang beda, kantung plastik yang dibawa Rara di tangannya. Iya dia bak sudah siap menjajakan itu kepada temannya, padahal malu dan ragu masih menyelimuti hati kecilnya.
Harus dengan gimana aku menawarkannya? Gumamnya sambil berjalan di koridor kelas. Tetapi keinginannya untuk menambah penghasilannya sudah bulat.

Di kelas, perlahan ia tawarkan pizza itu kepada teman sebangkunya.
"Dhe, gue jualan pizza ni. Mau nggak?"
Dan syukurlah tak perlu terlalu lama, pizza itu sudah habis di kelas dan tidak perlu ia jualkan di luar kelasnya. Tanggapan teman-teman tentang makanan itu juga enak. :)

1 2 3 minggu berlalu. Keuntungan 10rb ia dapatkan hampir setiap harinya. Tapi terkadang juga ada buntungnya, ketika ketahuan ada yang belum bayar. Hmm.
Hampir setiap harinya Rara membawa dagangan kue dengan menu yang berbeda setiap harinya. Donat, roti goreng, cupcake,... Pesanan kue via pesan singkat masuk ke hpnya setiap malam. kalau di kelas belum habis, ia dan teman kelas jajakan di kelas-kelas lainnya. Sampai pada suatu hari, ketika mood jualannya sudah turun
"Duh, ini makanan yang aku bawa beda lagi, temen-temen pada suka nggak ya? apa aku bagiin aja?"
Iya, waktu itu ia biarkan teman-temannya mendapatkan itu secara gratis. Iya, dia tau, mungkin nantinya ia yang harus membayar semua itu pada ibu dengan uang simpanannya. Biarlah fikirnya. Tetapi pada akhirnya teman-temannya membayarnya dengan harga yang tidak ditentukan.

Dua minggu menjelang hari H. Rara sibuk-sibuknya mengkontak kakak kelasnya, teman-teman terdekatnya Aman. Iya, ia ingin teman-temannya Aman ada di acara itu. Tetapi tak semua langsung menanggapinya, mungkin mereka malas, malah ada yang sampai menanyakan
"untuk apa kamu mengadakan ini buat dia?"
Rara cuma bisa jawab,
"Iya aku emang bukan siapa-siapanya lagi. Gapapa, aku cuma mau ngasih aja kak. Mungkin itu yang terakhir."

Hampir setiap harinya Rara meminta kepastian sama mereka. Berbagai jawaban. Ada yang satu bisa dateng, yang satunya enggak. Ada ketika temen-temennya bisa datang, tapi yang dikasih surprice nggak bisa datang. Sampai pada tanggalnya, 16 bln 10. Semua itu gagal. Semua itu berantakan. Rara mungkin malu saat itu kepada teman-temannya Aman. Bagai banyak omong tanpa bukti. Padahal bukan tanpa bukti, cuma nggak ada yang tepat aja.
Atau malah memang Tuhan nggak mengizinkan aku memberikan kejutan ini untuk kamu? kenapa?Padahal itu yang aku pingin kasih terakhir untuknya. Gumamnya sambil tersendu-sendu di kamar. Ibu yang malam itu mendengar Rara menangis di kamar datang dan menyapanya
"Kamu kenapa nangis? Udah nggak usah dipikirin."
Perkataan itu, seolah ibu tahu apa yang sedang Rara rasakan. Rara merasa malu sejadi-jadinya saat itu. Rara merasa gagal dan perjuangannya itu sia-sia. :'(


Selesai..

Maafkan Aku semesta


Andai saja dari awal aku tak mengundang dia ke dalam kehidupanku, andai saja aku tak mengizinkan temanku memberikan nomerku padanya, andai saja aku tak melanjutkan percakapan singkat itu dengannya, andai saja aku menghiraukannya, iya andai andai andai...



Pftt iya.. Peng-andai-an itu tak lagi ada gunanya ketika semua telah terjadi. Mungkin ini yang menjadikan alasan orang-orang sering mengatakan "Coba aja gue tahu akhirnya kayak gini, gue nyesel". Iya nyesal itu emang selalu datang belakangan, kalau nyesal itu datang duluan ataupun udah tau akhir dari suatu kisah seperti apa nantinya kita nggak bakal banyak belajar.

Absurd, awkward. Ini ya rasanya diperhatiin orang -lagi-. Aku hampir lupa rasa itu. Kesendirianku akhir ini, hampir melupakan pertanyaan-pertanyaan yang bikin sumringah sendiri. Tapi aku tak mengerti pasti apa maksud semesta mendatangkan dia padaku. Dia yang mungkin hanya pemenuh perhatian tapi tak kuharapkan.
Seperti ada jiwa lain yang masuk ke dalam hidup ini, semenjak kehadirannya. Iya. Aku tak tahu harus apa. Pemberi Harapan Palsu kah gini caranya? Atau hati yang kesepian, yang berharap ada sosok lain, untuk aku pergi dari masa lalu? Pelampiasan? Enggak, enggak, enggak boleh..
Tapi aku bingung harus apa, menjutekannya? mengabaikannya? atau bilang dari awal kalau hati ini nggak ada rasa untuknya? Enggak enggak, itu kePeDean namanya. Dia aja belum mengungkapkan apa-apa. Masa iya dia kasih kode apa, tapi gue nanggapinnya yang lain.
Aku bingung dengan sikapnya yang setiap aku lama balas pesan singkat dia mengintrogasikannya. Kalau dipikir-pikir sih, apa hak dia mengintrogasi seperti itu? Nyariin seseorang yang jelas bukan siapa-siapa dia. Nggak ada hak kamu buat itu. Apalagi sampai marah-marah karena pesan singkat kamu dibalas lama denganku.
Pernah suatu malam kami mengobrol singkat di pesan singkat.
"Mbb, yaudah tidur gih, udah malem tauk :D"
Saat itu memang gue sudah tidur, dan dia...
"Udah tidur ya? kebiasaan gue ditinggal mulu.. Dasar miss PHP, hehe :p"
Sontak gue kaget ketika bangun tidur dia sms seperti itu. Sebernarnya gue yang PHP(Pemberi Harapan Palsu), apa dia yang kegeeran, atau dia juga yang PHP(Penikmat Harapn Palsu)? Entahlah.

Mungkin Aku Memang Berharap, tapi Bukan Kamu Orangnya. Sometimes what's real, Is something you can't see. Hmm
Copyright 2009 Secarik Kata:. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates