RSS

Laman

Ini Perihal Rindu


Aku+kamu+hujan=kenangan


Langit sore seketika berubah menjadi hitam pekat. Gemuruh petir saling beradu hebat menunjukan kekuatannya. Setetes demi setetes seketika menutupi jalan serta tanah kering yang sedari pagi disinari oleh sang surya.


Bersamaan dengan jatuhnya air hujan, aku teringat akan sosok kamu kembali. Rasa itu lagi. Rindu itu lagi. Seakan cuaca begitu mendukung mengulang semua ingatan tentang kamu, tentang kita yang lalu.

Sudah 30 menit berlalu, aku masih menatap nanar ke luar jendela dengan pikiran yang aku biarkan liar membuka sudut-sudut cerita tentang kita. Dengan rintik yang seakan menjadi iramanya.

Ada tetes air yang jatuh di balik atap ini. Dari kelopak ini. Di pipi ini. Pada aku yang hanyut atas keadaan. Atas hujan, rindu, dan kenangan. Seolah semuanya menghakimiku. Membuat diri ini tak berdaya. Hanya sesak yang terasa.


Tapi aku percaya satu. Aku punya Tuhan yang selalu bisa ku bagi cerita padaNYA. Ya, Tuhan yang tak pernah tega membiarkan aku merasakan rindu ini sendiri. Aku selalu berkata padaNYA; "Tuhan, sampaikan rindu ini padanya. Biarkanlah dia tahu. Biarkan dia sedikit merasa apa yang aku rasa. Walau ia tak menceritakan langsung padaku tentang rindu itu."

Ya, aku percaya bahwa Tuhan mengabulkannya. Karena setiap setelah itu, aku merasakan lega.

Dalam hujan kali ini, kepadamu rindu ini bertepi.

Menulis Yuk!


Hobi di dunia ini sangat banyak. Ada yang suka olahraga, travelling, kuliner, fotografi, tarik suara --iya tarik suara loh ya, bukan tarik ulur hati--, otomotif, IT, dan masih banyak lagi lainnya. Oya lupa, membaca dan menulis juga. Tapi mirisnya untuk dua yang terakhir gue sebutin tadi, belum semua orang menyukainya. Padahal itu yang pertama dari yang utama. Mirisnya lagi, masih sekitar 4,6% dari total penduduk Indonesia yang tidak bisa baca tulis. *sedih*

Di postingan kali ini, bertepatan dengan Hari Blogger Nasional, gue pingin ajak kalian nulis gaes. :D

Nggak susah kok. Tinggal kamu siapin pulpen/pensil dan buku catatan. Nggak mesti buku catatan atau diary sih buat yang nggak punya. Buku tulis, kertas kosong semacam A4 juga nggak apa-apa. Atau malah kertas bekas surat edaran dari sekolah. Iya, kan di bagian belakangnya kosong tuh, tinggal kamu gunting aja menjadi beberapa bagian ataupun bentuk yang kamu suka. Pokoknya sesekreatif kamu deh. ;) Itung-itung lebih bermanfaat daripada dijadiin gumpalan atau pesawat-pesawatan tuh. :D

Oya, atau mungkin di selembar tissue? Iya gue pernah beberapa kali nulis curhatan di selembar tissue. Nggak percaya? Nih



Aneh? Mungkin. Tapi apasih yang enggak untuk berkarya membingkai masa lalu walau hanya dengan selembar tissue. Nggak ada yang mahal kok buat hobi kamu kalau kamu mau kreatif.


Terus yang harus gue tulis apa?

Mulai dari yang sederhana aja dulu. Iya, semisal kejadian yang kamu alamin hari itu. Misal, hari ini saat kamu upacara, kamu dipanggil ke depan sebagai siswa berprestasi. Kamu bisa menuliskannya seperti ini




Iya hanya sesederhana itu, suatu hari nanti itu akan berfungsi sebagai mesin waktu. Setidaknya itu tidak akan terlupa begitu saja. Suatu hari ketika kamu atau anak cucukmu membukannya, ada rasa bangga dan hebat yang kamu dan mereka apresiasi terhadap dirimu.

Nggak cuma momen yang menyenangkan yang bisa kamu tulis. Masa-masa suram, apes, kalutmu juga bisa kamu tulis. Seperti misal


Atau sekedar menuliskan tentang cita-cita dan keinginanmu. Fungsinya? Membuat kamu lebih fokus untuk mencapainya, biar nggak plin-plan. 
Tarolah tulisan itu di tempat terjangkau, yang sering kamu lihat. Seperti ini 


Ya, samping tempat tidur salah satunya. Jadi ketika kamu membuka dan membacanya, selalu membuatmu semangat untuk merealisasikan mimpi itu.


Sederhana bukan? Menulis tidak perlu di awali dengan yang berbau ilmiah langsung. Step by step. Dimulai dengan rutinitas harianmu. Kemudian setelah terbiasa, kamu bisa mulai dengan membuat kata-katanya lebih menarik lagi seperti kata-kata ini;

Akhirnya setelah sekian lama musim panas, sore ini hujan turun juga.

diubah menjadi

Dalam senja yang menggelap, tercium lagi aroma tanah basah yang mengguyur debu akhir-akhir ini. 

Siapa tau itu bisa menghasilkan, dengan dijadikan novel misal. Mhihi. Yang penting konsisten aja. ^^
Nah dengan kamu sudah terbiasa seperti itu, dengan sendirinya kamu membutuhkan lebih banyak informasi di luar sana yang nantinya juga akan menaikkan minat baca kamu. Ketika pengetahuanmu sudah banyak, kamu dapat menulis berbagi pengetahuan umum kan jadinya?

Dengan menulis, kamu belajar lebih bijaksana. Dengan menulis, kamu belajar memahami perbuatan dari setiap kata ke katanya. Sehingga lebih intropeksi selanjutnya.

Sadar atau tidak, cuma selembar demi selembar kertas yang bisa ngertiin kamu. Yang nggak pernah ngeluh kalau dicurhatin, nggak pernah marah-marah tentang pengalaman yang kamu ceritain dan kamu alamin. Juga nggak pernah bawel dan ember. Mhihi.
Bukannya tak perlu semua masalah kamu diceritain kepada orang? Karena itu, menulislah!

Buat gue pribadi sih, lembaran demi lembaran selalu bisa ngebendung emosi dan ngejaga energi gue, sehingga tanpa perlu gue marah-marah langsung sama orang yang bersangkutan. Karena pasti setelah kamu tuangin di kertas, buat marah-marah lagi itu males. Nggak percaya? Cobain deh!


Rata-rata orang di luar sana mengingat akan kejelekan orang saja. Tapi, lembaran demi lembaran kertas rela mengingat dan menyimpan tak hanya masa suram saja, juga yang menyenangkan. Yang kalau dibuka lagi berupa mesin waktu kenangan.

Jadi harus tunggu apa lagi? Menulislah agar kamu dikenang! ;)




Selamat Hari Blogger para perangkai kata! \o/

Hidup Itu Saling Melengkapi, atau..


Heloo!
Udah lama nggak ngeblog. *liat kalender* hehe.
Tapi jangan salah, walau nggak ngeblog, sehari-hari juga nulis kok. Di diary. hehe. Karena, sehari nggak nulis itu nggak enak sih buat gue, gatel.


Oiya, dalam postingan kali ini, gue pingin ajak kalian mikir nih. Ehm*benerin posisi duduk*


Guys, banyak yang belum gue ngerti di dunia ini. Salah satunya ya ini; Pernah dengar quote ini,
Perempuan baik untuk laki-laki yang baik. Dan sebaliknya.
Namun, bagaimana dengan quote ini?
Hidup itu saling melengkapi.

Kalau digabungin sama quote di atas sebelumnya, apa kamu ngerti maksudnya apa? Hm oke, kita coba bahas pelan-pelan.

Kalau perempuan baik untuk laki-laki baik dan perempuan nggak baik-baik untuk laki-laki nggak baik. Lalu, bagaimana mereka saling melengkapi?
Oke, kalau yang baik dengan baik, kalau ketemu = sempurna lah ya. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak sama-sama baik? Bagaimana mereka saling melengkapi? Bukankah kembali lagi ke awal, hidup itu saling melengkapi?

Hmm.

Pernah ada, begini ceritanya.
Di suatu masa, ada seorang pria tua dan wanita tua yang tinggal pada satu atap. Ya, mereka ditakdirkan bersama. Pria tua yang sabar tercipta sebagai tulang rusuk wanita tua yang memiliki emosi seperti termometer yang dicelupkan pada air yang panas, tinggi. Ya, pria tersebut tercipta sebagai tulang rusuk wanita tua untuk meredam sifat wanita tua yang emosian. Bukan, bukan mengalah sehingga menurunkan harga diri pria tersebut sendiri. Tapi, pria tersebut memandangnya dengan perspektif yang berbeda, untuk menciptakan 'saling' di antara mereka. Dan begitu juga dengan ini,

ketika seorang wanita yang sabar tercipta sebagai tulang rusuk seorang pria, untuk meredam sifat pria yang emosian. Bukan, bukan untuk kurang ajar karena menggurui setiap pria tersebut emosian. Tapi untuk menciptakan 'saling' di antara mereka.

Yaa, ini bukan cerita mengarang bebas atau semacamnya. Ini nyata. Dan pelakunya, masih bersama-sama hingga saat ini. Abadi.


Berdua itu saling. Bukan paling agar seimbang. Bukan timpang. --Oka

Kembali lagi ke quote di atas. Gue jadi lebih percaya kalau hidup itu saling melengkapi. At least itu menurut gue. Kalo menurut lo? Coba share komentar lo di kolom komentar di bawah ya. Kita bertukar pendapat. ;)

Aku dan Kejadian Tadi Malam


"Cinta, menurutku, adalah untuk memiliki. Sementara sayang adalah keinginan untuk menjaga. Cinta sesaat, sayang selamanya. Cinta liar dan berapi-api, sayang tenang bagai air. Cinta menggebu-gebu, sayang cenderung meredam. Cinta akan habis tergerus waktu, sementara tidak dengan sayang." --Surat Untuk Ruth

Udah 20 hari nggak tegur sapa. Waktu itu sempet tanggal 14 ngasih semangat dia ujian utama buat kenaikan semester, nggak dibalas. Tanggal 17 coba telfon pakai private number, nggak diangkat. Kemarin, tepatnya tadi malam -ya, sudah menjadi kebiasaanku kalau menelfonmu walau sekedar pakai private number selalu malam-, aku menelfonmu lagi, dan diangkat. Suara yang sudah lama inginku dengar, akhirnya terdengar lagi dibalik benda kecil bernama handphone ini. Tiba-tiba semua kembali ke memori masa lalu. Dulu, mungkin tak sesulit ini. Kangen, ya tinggal bilang. Tidak seperti sekarang yang posisinya kamu punya seseorang.
Ini yang namanya “bahagia itu sederhana”, mendengar suaramu di sana. Walau tak jarang kangen itu sakit. Sakit kalau cuma bisa dipendam. Sakit kalau cuma sendirian. Dan ketika ituuu, gue cuma bisa nangis. Iya, lo nggak salah baca. Gue nangis kalau sudah puncaknya(nya,re;kangen).
Mungkin lo akan ketawa, atau mungkin marah membaca ini. Terdengar lancang. Mungkin. Iya yang tadi malam menelfon sampai 4x itu aku.
-tahap 1 (pkl 21:25); *diangkat* masih nanya alus-alus, pakai hei.
-tahap 2 (pkl 21:59); *diangkat* masih sama kayak tahap 1, durasi juga sama 40 detik.
-tahap 3 (pkl 22:07); *diangkat* udah agak bete. tapi masih ada sapaan hei. Di situ juga kedengaran dia nyanyi. durasi 50 detik.
Iya, itu yang bikin aku candu nelfon ke 4 kalinya. Aku pingin denger kamu nyanyi lagi. Berulang kali aku belajar ngomong “nyanyi lagi” depan layar henpon cuma buat ngatur suara biar nggak ketara itu aku, direncana telfonku selanjutnya. Tapi apa daya, ketika
-tahap 4 (pkl 22:44); *diangkat* “halo, halo, halo. diem mulu kek patung.” durasi 18 detik.
:) Mungkin tahap ini kamu udah bete.haha. Sayangnya aku belum cukup berani mengeluarkan suaraku. Hmm.
Terima kasih sudah mengangkat telfonku tadi malam. Semoga nggak kapok.hehe. 

Terimakasih untuk Indah yang Pernah Ada di Antara Kita


Kalau dilihat dalam bentuk peng-analogi-an, ini tuh bagai mahasiswa yang beberapa bulan lagi masuk semester 8 yang sebentar lagi mau skripsi tapi dia milih mundur.

Kisah percintaan Rara yang on the way masuk semester 8, yang mungkin lagi masa-masanya penentuan lulus tapi Rara udah cari-cari kesalahan buat nge-drop out diri Rara sendiri. Semenjak....

Semenjak hari ini Rara lihat path location dia bareng seorang cewek. Ada bagian diri Rara yang sakit. Masih ada bagian diri Rara yang bertanya-tanya 
"dia ngapain?" 
"itu ceweknya siapa?"
masih ada rasa kepo. Iyaaa wajar sih. 

Tapi sakit ini nggak berlarut. Kepo ini juga nggak berlanjut pada tahap 'interogasi'. Ada yang beda dari diri ini. Semacam tahu dirikah? Atau fase lelah? Entahlah, mungkin keduanya.


Mungkin peng-analogi-an "cinta itu memakan waktu" hanya berlaku untuk mereka yang sedang jatuh cinta. Ya, kalau sedang bersama dia yang dicinta, 1 hari mungkin bagai cuma beberapa jam. Rasanya terlalu sebentar.

Tapi bagi orang yang menikmati cintanya sendirian lambat laun "waktu itu memakan cinta". Bukan karena lapar. Tapi karena haus akan perhatian. Akan kebersamaan. Lambat laun mereka yang mencintai secara diam-diam, yang memperhatikan dari kejauhan, yang tak jarang menitipkan doa untuknya kepada Tuhan, jenuh akan kesendirian.

Mereka mengharap bahagia yang bukan hanya aku, bukan juga hanya dia. Tapi bahagia karena kita.


 


Mungkin ini bersama perasaan yang berada diambang ketidakpastiaan saatnya aku melupakanmu. Ingin merapihkan hati ini untuk seseorang yang baru. Walau aku tak yakin secepat kamu melupakanku. Tapi aku yakin kalau kamu saja bisa menemukan kebahagiaanmu, akupun juaTerimakasih untuk indah yang pernah ada di antara kita. 


Ini Tulus atau Bodoh?


Kalau aja Tuhan mau menjawab pertanyaanku secara langsung, kenapa aku harus kenal dia dan kenapa aku masih ngerasa harus selalu ada buat dia? mungkin aku nggak akan sebingung ini.

Katanya setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Kita memang sudah bertemu, dan kita juga sudah berpisah. Hati kita juga sudah bertemu, dan hati kamu juga sudah berpisah. Iya hati kamu. Tapi kenapa hati aku belum bisa berpisah? Padahal kamu sudah bersama yang lain, tapi kenapa hati ini ngerasa masih harus selalu ada dan masih harus ngebahagiain kamu? Apa ini tanda atau ikatan batin atau feel yang menunjukkan bahwa aku harus mempertahanin kamu karena, kamu tulang rusukku(ah sial, mungkin ini hanya perandaian)? Atau malah tanda bahwa ini detik terakhir aku untuk membahagiakan kamu sebelum kamu sah secara ijab qobul bersama yang lain? Aku nggak tahu pasti. kayak gini terus aku lelah menebak kepastian.


Ya, terkadang aku sendiri pun tak mengerti dengan maksud keadaan. Ketika suatu hari diajak punya hubungan sama doi lagi, malah ditolak mentah-mentah. Ngerasa kayak lagi pakai berlian di tangan terus ada orang yang ngejambret. Pertama gue sedih, tapi pas berlian itu mau dibalikin si penjambret, malah nggak mau, malah mengikhlaskannya. Emang sih faktanya bukan si penjambret itu yang balikin, tapi berlian itu yang menawarkan diri. Bagai berlian itu tergeletak gitu aja di depan mata tapi nggak diambil, malah diikhlasin. Entah ini tulus atau bodoh?

Minta Sarannya Guys?

Helloo, gue ada niatan nulis nih. Menurut lo dari sedikit kutipan cerita yang udah gue buat, lebih enakan yang mana dibacanya?

1. 
“Anakmu masuk mana say?”
“Makanya belum tahu nih.”
“Anakku lagi test tuh di lantai 2. Udah di sini aja bareng lagi.”
“...”
Ya. Saat itu gue sedang bersama nyokap di salah satu sekolah swasta dekat rumah. Gue yang sedang memerhatikan suasana sekitar sambil tidak sengaja mendengar pembicaraan nyokap dan temannya itu, sambil dadah-dadah ke teman gue yang mau ujian di lantai 2, masih dengan keyakinan penuh kalau gue nggak melanjutkan di sekolah swasta ini.


atau


2. 
“Anakmu masuk mana say?”
“Makanya belum tahu nih.”
“Anakku lagi test tuh di lantai 2. Udah di sini aja bareng lagi.”
“...”

Saat itu tahun ajaran baru. Orang-orang berlalu lalang menghantarkan anak mereka untuk mengikuti ujian masuk salah satu Sekolah Menengah Pertama(SMP) dan Sekolah Menengah Atas(SMA) yang berstatus swasta di daerahku. Bisingnya suasana tak menutup telingaku mendengar percakapan umi dan temannya itu. Ya, mamanya sahabatku sejak Taman Kanak-kanak(TK) hingga sekarang(atau malah sampai SMP nanti?). 

Sekolah ini lagi? Dari TK sampai SMP? Enggak-enggak. Gumamku.





Siapa pun yang baca ini, gue berharap banget masukan dari kalian. Terima kasih :)
Copyright 2009 Secarik Kata:. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates