RSS

Laman

Ini Perihal Rindu


Aku+kamu+hujan=kenangan


Langit sore seketika berubah menjadi hitam pekat. Gemuruh petir saling beradu hebat menunjukan kekuatannya. Setetes demi setetes seketika menutupi jalan serta tanah kering yang sedari pagi disinari oleh sang surya.


Bersamaan dengan jatuhnya air hujan, aku teringat akan sosok kamu kembali. Rasa itu lagi. Rindu itu lagi. Seakan cuaca begitu mendukung mengulang semua ingatan tentang kamu, tentang kita yang lalu.

Sudah 30 menit berlalu, aku masih menatap nanar ke luar jendela dengan pikiran yang aku biarkan liar membuka sudut-sudut cerita tentang kita. Dengan rintik yang seakan menjadi iramanya.

Ada tetes air yang jatuh di balik atap ini. Dari kelopak ini. Di pipi ini. Pada aku yang hanyut atas keadaan. Atas hujan, rindu, dan kenangan. Seolah semuanya menghakimiku. Membuat diri ini tak berdaya. Hanya sesak yang terasa.


Tapi aku percaya satu. Aku punya Tuhan yang selalu bisa ku bagi cerita padaNYA. Ya, Tuhan yang tak pernah tega membiarkan aku merasakan rindu ini sendiri. Aku selalu berkata padaNYA; "Tuhan, sampaikan rindu ini padanya. Biarkanlah dia tahu. Biarkan dia sedikit merasa apa yang aku rasa. Walau ia tak menceritakan langsung padaku tentang rindu itu."

Ya, aku percaya bahwa Tuhan mengabulkannya. Karena setiap setelah itu, aku merasakan lega.

Dalam hujan kali ini, kepadamu rindu ini bertepi.

Menulis Yuk!


Hobi di dunia ini sangat banyak. Ada yang suka olahraga, travelling, kuliner, fotografi, tarik suara --iya tarik suara loh ya, bukan tarik ulur hati--, otomotif, IT, dan masih banyak lagi lainnya. Oya lupa, membaca dan menulis juga. Tapi mirisnya untuk dua yang terakhir gue sebutin tadi, belum semua orang menyukainya. Padahal itu yang pertama dari yang utama. Mirisnya lagi, masih sekitar 4,6% dari total penduduk Indonesia yang tidak bisa baca tulis. *sedih*

Di postingan kali ini, bertepatan dengan Hari Blogger Nasional, gue pingin ajak kalian nulis gaes. :D

Nggak susah kok. Tinggal kamu siapin pulpen/pensil dan buku catatan. Nggak mesti buku catatan atau diary sih buat yang nggak punya. Buku tulis, kertas kosong semacam A4 juga nggak apa-apa. Atau malah kertas bekas surat edaran dari sekolah. Iya, kan di bagian belakangnya kosong tuh, tinggal kamu gunting aja menjadi beberapa bagian ataupun bentuk yang kamu suka. Pokoknya sesekreatif kamu deh. ;) Itung-itung lebih bermanfaat daripada dijadiin gumpalan atau pesawat-pesawatan tuh. :D

Oya, atau mungkin di selembar tissue? Iya gue pernah beberapa kali nulis curhatan di selembar tissue. Nggak percaya? Nih



Aneh? Mungkin. Tapi apasih yang enggak untuk berkarya membingkai masa lalu walau hanya dengan selembar tissue. Nggak ada yang mahal kok buat hobi kamu kalau kamu mau kreatif.


Terus yang harus gue tulis apa?

Mulai dari yang sederhana aja dulu. Iya, semisal kejadian yang kamu alamin hari itu. Misal, hari ini saat kamu upacara, kamu dipanggil ke depan sebagai siswa berprestasi. Kamu bisa menuliskannya seperti ini




Iya hanya sesederhana itu, suatu hari nanti itu akan berfungsi sebagai mesin waktu. Setidaknya itu tidak akan terlupa begitu saja. Suatu hari ketika kamu atau anak cucukmu membukannya, ada rasa bangga dan hebat yang kamu dan mereka apresiasi terhadap dirimu.

Nggak cuma momen yang menyenangkan yang bisa kamu tulis. Masa-masa suram, apes, kalutmu juga bisa kamu tulis. Seperti misal


Atau sekedar menuliskan tentang cita-cita dan keinginanmu. Fungsinya? Membuat kamu lebih fokus untuk mencapainya, biar nggak plin-plan. 
Tarolah tulisan itu di tempat terjangkau, yang sering kamu lihat. Seperti ini 


Ya, samping tempat tidur salah satunya. Jadi ketika kamu membuka dan membacanya, selalu membuatmu semangat untuk merealisasikan mimpi itu.


Sederhana bukan? Menulis tidak perlu di awali dengan yang berbau ilmiah langsung. Step by step. Dimulai dengan rutinitas harianmu. Kemudian setelah terbiasa, kamu bisa mulai dengan membuat kata-katanya lebih menarik lagi seperti kata-kata ini;

Akhirnya setelah sekian lama musim panas, sore ini hujan turun juga.

diubah menjadi

Dalam senja yang menggelap, tercium lagi aroma tanah basah yang mengguyur debu akhir-akhir ini. 

Siapa tau itu bisa menghasilkan, dengan dijadikan novel misal. Mhihi. Yang penting konsisten aja. ^^
Nah dengan kamu sudah terbiasa seperti itu, dengan sendirinya kamu membutuhkan lebih banyak informasi di luar sana yang nantinya juga akan menaikkan minat baca kamu. Ketika pengetahuanmu sudah banyak, kamu dapat menulis berbagi pengetahuan umum kan jadinya?

Dengan menulis, kamu belajar lebih bijaksana. Dengan menulis, kamu belajar memahami perbuatan dari setiap kata ke katanya. Sehingga lebih intropeksi selanjutnya.

Sadar atau tidak, cuma selembar demi selembar kertas yang bisa ngertiin kamu. Yang nggak pernah ngeluh kalau dicurhatin, nggak pernah marah-marah tentang pengalaman yang kamu ceritain dan kamu alamin. Juga nggak pernah bawel dan ember. Mhihi.
Bukannya tak perlu semua masalah kamu diceritain kepada orang? Karena itu, menulislah!

Buat gue pribadi sih, lembaran demi lembaran selalu bisa ngebendung emosi dan ngejaga energi gue, sehingga tanpa perlu gue marah-marah langsung sama orang yang bersangkutan. Karena pasti setelah kamu tuangin di kertas, buat marah-marah lagi itu males. Nggak percaya? Cobain deh!


Rata-rata orang di luar sana mengingat akan kejelekan orang saja. Tapi, lembaran demi lembaran kertas rela mengingat dan menyimpan tak hanya masa suram saja, juga yang menyenangkan. Yang kalau dibuka lagi berupa mesin waktu kenangan.

Jadi harus tunggu apa lagi? Menulislah agar kamu dikenang! ;)




Selamat Hari Blogger para perangkai kata! \o/

Hidup Itu Saling Melengkapi, atau..


Heloo!
Udah lama nggak ngeblog. *liat kalender* hehe.
Tapi jangan salah, walau nggak ngeblog, sehari-hari juga nulis kok. Di diary. hehe. Karena, sehari nggak nulis itu nggak enak sih buat gue, gatel.


Oiya, dalam postingan kali ini, gue pingin ajak kalian mikir nih. Ehm*benerin posisi duduk*


Guys, banyak yang belum gue ngerti di dunia ini. Salah satunya ya ini; Pernah dengar quote ini,
Perempuan baik untuk laki-laki yang baik. Dan sebaliknya.
Namun, bagaimana dengan quote ini?
Hidup itu saling melengkapi.

Kalau digabungin sama quote di atas sebelumnya, apa kamu ngerti maksudnya apa? Hm oke, kita coba bahas pelan-pelan.

Kalau perempuan baik untuk laki-laki baik dan perempuan nggak baik-baik untuk laki-laki nggak baik. Lalu, bagaimana mereka saling melengkapi?
Oke, kalau yang baik dengan baik, kalau ketemu = sempurna lah ya. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak sama-sama baik? Bagaimana mereka saling melengkapi? Bukankah kembali lagi ke awal, hidup itu saling melengkapi?

Hmm.

Pernah ada, begini ceritanya.
Di suatu masa, ada seorang pria tua dan wanita tua yang tinggal pada satu atap. Ya, mereka ditakdirkan bersama. Pria tua yang sabar tercipta sebagai tulang rusuk wanita tua yang memiliki emosi seperti termometer yang dicelupkan pada air yang panas, tinggi. Ya, pria tersebut tercipta sebagai tulang rusuk wanita tua untuk meredam sifat wanita tua yang emosian. Bukan, bukan mengalah sehingga menurunkan harga diri pria tersebut sendiri. Tapi, pria tersebut memandangnya dengan perspektif yang berbeda, untuk menciptakan 'saling' di antara mereka. Dan begitu juga dengan ini,

ketika seorang wanita yang sabar tercipta sebagai tulang rusuk seorang pria, untuk meredam sifat pria yang emosian. Bukan, bukan untuk kurang ajar karena menggurui setiap pria tersebut emosian. Tapi untuk menciptakan 'saling' di antara mereka.

Yaa, ini bukan cerita mengarang bebas atau semacamnya. Ini nyata. Dan pelakunya, masih bersama-sama hingga saat ini. Abadi.


Berdua itu saling. Bukan paling agar seimbang. Bukan timpang. --Oka

Kembali lagi ke quote di atas. Gue jadi lebih percaya kalau hidup itu saling melengkapi. At least itu menurut gue. Kalo menurut lo? Coba share komentar lo di kolom komentar di bawah ya. Kita bertukar pendapat. ;)

Aku dan Kejadian Tadi Malam


"Cinta, menurutku, adalah untuk memiliki. Sementara sayang adalah keinginan untuk menjaga. Cinta sesaat, sayang selamanya. Cinta liar dan berapi-api, sayang tenang bagai air. Cinta menggebu-gebu, sayang cenderung meredam. Cinta akan habis tergerus waktu, sementara tidak dengan sayang." --Surat Untuk Ruth

Udah 20 hari nggak tegur sapa. Waktu itu sempet tanggal 14 ngasih semangat dia ujian utama buat kenaikan semester, nggak dibalas. Tanggal 17 coba telfon pakai private number, nggak diangkat. Kemarin, tepatnya tadi malam -ya, sudah menjadi kebiasaanku kalau menelfonmu walau sekedar pakai private number selalu malam-, aku menelfonmu lagi, dan diangkat. Suara yang sudah lama inginku dengar, akhirnya terdengar lagi dibalik benda kecil bernama handphone ini. Tiba-tiba semua kembali ke memori masa lalu. Dulu, mungkin tak sesulit ini. Kangen, ya tinggal bilang. Tidak seperti sekarang yang posisinya kamu punya seseorang.
Ini yang namanya “bahagia itu sederhana”, mendengar suaramu di sana. Walau tak jarang kangen itu sakit. Sakit kalau cuma bisa dipendam. Sakit kalau cuma sendirian. Dan ketika ituuu, gue cuma bisa nangis. Iya, lo nggak salah baca. Gue nangis kalau sudah puncaknya(nya,re;kangen).
Mungkin lo akan ketawa, atau mungkin marah membaca ini. Terdengar lancang. Mungkin. Iya yang tadi malam menelfon sampai 4x itu aku.
-tahap 1 (pkl 21:25); *diangkat* masih nanya alus-alus, pakai hei.
-tahap 2 (pkl 21:59); *diangkat* masih sama kayak tahap 1, durasi juga sama 40 detik.
-tahap 3 (pkl 22:07); *diangkat* udah agak bete. tapi masih ada sapaan hei. Di situ juga kedengaran dia nyanyi. durasi 50 detik.
Iya, itu yang bikin aku candu nelfon ke 4 kalinya. Aku pingin denger kamu nyanyi lagi. Berulang kali aku belajar ngomong “nyanyi lagi” depan layar henpon cuma buat ngatur suara biar nggak ketara itu aku, direncana telfonku selanjutnya. Tapi apa daya, ketika
-tahap 4 (pkl 22:44); *diangkat* “halo, halo, halo. diem mulu kek patung.” durasi 18 detik.
:) Mungkin tahap ini kamu udah bete.haha. Sayangnya aku belum cukup berani mengeluarkan suaraku. Hmm.
Terima kasih sudah mengangkat telfonku tadi malam. Semoga nggak kapok.hehe. 

Terimakasih untuk Indah yang Pernah Ada di Antara Kita


Kalau dilihat dalam bentuk peng-analogi-an, ini tuh bagai mahasiswa yang beberapa bulan lagi masuk semester 8 yang sebentar lagi mau skripsi tapi dia milih mundur.

Kisah percintaan Rara yang on the way masuk semester 8, yang mungkin lagi masa-masanya penentuan lulus tapi Rara udah cari-cari kesalahan buat nge-drop out diri Rara sendiri. Semenjak....

Semenjak hari ini Rara lihat path location dia bareng seorang cewek. Ada bagian diri Rara yang sakit. Masih ada bagian diri Rara yang bertanya-tanya 
"dia ngapain?" 
"itu ceweknya siapa?"
masih ada rasa kepo. Iyaaa wajar sih. 

Tapi sakit ini nggak berlarut. Kepo ini juga nggak berlanjut pada tahap 'interogasi'. Ada yang beda dari diri ini. Semacam tahu dirikah? Atau fase lelah? Entahlah, mungkin keduanya.


Mungkin peng-analogi-an "cinta itu memakan waktu" hanya berlaku untuk mereka yang sedang jatuh cinta. Ya, kalau sedang bersama dia yang dicinta, 1 hari mungkin bagai cuma beberapa jam. Rasanya terlalu sebentar.

Tapi bagi orang yang menikmati cintanya sendirian lambat laun "waktu itu memakan cinta". Bukan karena lapar. Tapi karena haus akan perhatian. Akan kebersamaan. Lambat laun mereka yang mencintai secara diam-diam, yang memperhatikan dari kejauhan, yang tak jarang menitipkan doa untuknya kepada Tuhan, jenuh akan kesendirian.

Mereka mengharap bahagia yang bukan hanya aku, bukan juga hanya dia. Tapi bahagia karena kita.


 


Mungkin ini bersama perasaan yang berada diambang ketidakpastiaan saatnya aku melupakanmu. Ingin merapihkan hati ini untuk seseorang yang baru. Walau aku tak yakin secepat kamu melupakanku. Tapi aku yakin kalau kamu saja bisa menemukan kebahagiaanmu, akupun juaTerimakasih untuk indah yang pernah ada di antara kita. 


Ini Tulus atau Bodoh?


Kalau aja Tuhan mau menjawab pertanyaanku secara langsung, kenapa aku harus kenal dia dan kenapa aku masih ngerasa harus selalu ada buat dia? mungkin aku nggak akan sebingung ini.

Katanya setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Kita memang sudah bertemu, dan kita juga sudah berpisah. Hati kita juga sudah bertemu, dan hati kamu juga sudah berpisah. Iya hati kamu. Tapi kenapa hati aku belum bisa berpisah? Padahal kamu sudah bersama yang lain, tapi kenapa hati ini ngerasa masih harus selalu ada dan masih harus ngebahagiain kamu? Apa ini tanda atau ikatan batin atau feel yang menunjukkan bahwa aku harus mempertahanin kamu karena, kamu tulang rusukku(ah sial, mungkin ini hanya perandaian)? Atau malah tanda bahwa ini detik terakhir aku untuk membahagiakan kamu sebelum kamu sah secara ijab qobul bersama yang lain? Aku nggak tahu pasti. kayak gini terus aku lelah menebak kepastian.


Ya, terkadang aku sendiri pun tak mengerti dengan maksud keadaan. Ketika suatu hari diajak punya hubungan sama doi lagi, malah ditolak mentah-mentah. Ngerasa kayak lagi pakai berlian di tangan terus ada orang yang ngejambret. Pertama gue sedih, tapi pas berlian itu mau dibalikin si penjambret, malah nggak mau, malah mengikhlaskannya. Emang sih faktanya bukan si penjambret itu yang balikin, tapi berlian itu yang menawarkan diri. Bagai berlian itu tergeletak gitu aja di depan mata tapi nggak diambil, malah diikhlasin. Entah ini tulus atau bodoh?

Minta Sarannya Guys?

Helloo, gue ada niatan nulis nih. Menurut lo dari sedikit kutipan cerita yang udah gue buat, lebih enakan yang mana dibacanya?

1. 
“Anakmu masuk mana say?”
“Makanya belum tahu nih.”
“Anakku lagi test tuh di lantai 2. Udah di sini aja bareng lagi.”
“...”
Ya. Saat itu gue sedang bersama nyokap di salah satu sekolah swasta dekat rumah. Gue yang sedang memerhatikan suasana sekitar sambil tidak sengaja mendengar pembicaraan nyokap dan temannya itu, sambil dadah-dadah ke teman gue yang mau ujian di lantai 2, masih dengan keyakinan penuh kalau gue nggak melanjutkan di sekolah swasta ini.


atau


2. 
“Anakmu masuk mana say?”
“Makanya belum tahu nih.”
“Anakku lagi test tuh di lantai 2. Udah di sini aja bareng lagi.”
“...”

Saat itu tahun ajaran baru. Orang-orang berlalu lalang menghantarkan anak mereka untuk mengikuti ujian masuk salah satu Sekolah Menengah Pertama(SMP) dan Sekolah Menengah Atas(SMA) yang berstatus swasta di daerahku. Bisingnya suasana tak menutup telingaku mendengar percakapan umi dan temannya itu. Ya, mamanya sahabatku sejak Taman Kanak-kanak(TK) hingga sekarang(atau malah sampai SMP nanti?). 

Sekolah ini lagi? Dari TK sampai SMP? Enggak-enggak. Gumamku.





Siapa pun yang baca ini, gue berharap banget masukan dari kalian. Terima kasih :)

Jadi, Sudahkah Kamu?



*di telfon*
"Halo tan, minal aidin wal faidzin ya."
*brb tutup*

Tips: telfon pakai henpon, siapa tau dia telfon balik. Kalau ditelfon balik kan sukur-sukur jadi berhubungan baik lagi.hehee #BerkahRamadhan


Udah mau lebaran. Apa kamu udah baikan sama mantan, mantan pdkt atau mantan pacar gitu? Atau sekedar menyapanya mungkin?

Atauuu, masih menganggap dia nggak penting? Kenapa? Kamu tanpa dia juga nggak tau arti masa lalu, bukan? Kamu tanpa dia, nggak belajar banyak pengalaman kan?

Iya sakit, tapi apa salahnya kalau kamu minta maaf dan jalin silaturahmi lagi? Toh kalau nggak begitu, malah jadi penyakit di diri sendiri kan. Lagi kalau difikir-fikir nggak semua masa lalu menyakitkan bukan? Buktinya kamu aja pernah bahagia sama dia. Kalau kamu nggak pernah bahagia, kenapa kamu mau sama dia?
Masih ada yang bilang "aku nggak bahagia kok sama dia"? Duh jangan terlampau munafik, sesederhana dia nanyain kabar kamu pasti ada segelintir senyum di wajahmu bukan, walau sesaat? Ya, ku yakin ada.

Setiap orang yang masuk ke dalam kehidupanmu, sadar nggak sadar pasti berpengaruh baik atau buruk untukmu. Sekarang, tinggal bagaimana kamu memandangnya dan menyikapinya.

Hmm...
Pernah terfikir nggak sih, suatu saat nanti ketika mereka telah mencapai masa gemilangnya teman, musuh, mantan siapa tahu bisa jadi teman rekan kerja atau bisnis kamu di masa depan. Menguntungkan bukan jika sekarang kamu bermaafan dan berteman baik?

Coba deh belajar mencoba melupakan semua kenangan buruk itu. Dan sugestiin setiap mau ingat kenangan buruk itu, coba alihin ke kenangan kamu sama dia yang baik-baik. Sesuatu yang dilakuin pakai hati pasti berhasil kok.

Sst...jangan nunggu biar dia duluan yang minta maaf, posisi kamu di mata dia juga mantan loh.

Jadi bagaimana, mau maafan kan? :)

Di Bawah Alam Tak Sadarku





Di waktu sore, aku yang sedang di depan gerbang kecil rumah perempuan setengah abad lebih memerhatikan lalu-lalang orang mencari ta'jil bukaan. Tiba-tiba aku melihat sosok laki-laki yang mengendarai motor, yang tak asing lagi dari perawakannya, sepertinya aku mengenalnya. Dan benar saja itu dia. Ayah yang sedang memerhatikan sekitar luar terlihat menegur sosok itu. Tak terdengar jelas, tapi sosok itu menanggapinya dengan
"Maaf om, cuma mau ketemu temen."

Aku yang seketika itu langsung mengumpat dibalik pagar. Tapi sepertinya di sudah melihatku. Dia menghampiriku dan aku pun mempersilahkan dia duduk di depan kost-kostan milik perempuan setengah abad lebih dari keluarga ibuku itu.

"Kamu ngapain ke sini? Kok bisa tahu?"
"Aku cuma mau main sama kamu."

Awalnya, ku kira aku risih, tapi sebenarnya lebih ke takut, takut orang rumah tau kehadirannya. Seberusaha mungkin aku tak memperlihatkan kekhawatiran itu di depannya. Aku tidak mau ia kecewa. Walau sebenarnya aku membohongi perasaan sendiri, aku senang kehadiran sosok itu.

Tak terasa terlalu asik kita bercengkrama, seakan waktu terbunuh begitu saja. Waktu yang seketika itu memasuki waktu berbuka, aku pun mengajak ia masuk untuk sekedar membasahkan lidah, mencicipi hidangan berbuka ala kadarnya. Tapi tak disangka-sangka, kehadiran dia welcome banget buat keluarga, seperti mereka pernah bertemu sebelumnya. Dia yang awalnya canggung mungkin takut sama Ayah, tapi sekarang mereka terlihat sering melontarkan senyum dan bercengkrama bagai sosok ayah dengan anaknya sendiri.

Dia terlihat akrab dengan keluargaku. Bahkan ketika hendak pamit pulang, omku sempat bercanda mengumpati kunci motornya. Tak terlihat lekukan marah di wajahnya. Hahaha aku yang seketika itu hanya bisa tertawa renyah melihat tingkah mereka.



*srekk*
Dingin tengah malam itu membangunkanku. Aku hanya coba memastikan itu bukan mimpi. Tapi apa daya, itu memang hanya mimpi. Berharap ketika aku terlelap kembali itu akan berlanjut, tetapi setelah aku coba memejamkan mata pun tak bisa. 
Walaupun begitu, senyum itu tersisa jelas di wajahku, bukan cuma di mimpi.
Di suatu malam, tepatnya tadi malam, aku tergambar jelas sosok itu, tepatnya kamu. Mimpi semalam itu seperti gula, manisnya ah. :$



Tapi sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, maksud mimpi itu apa? Hm.

Enam Belas


Ini kisah aku buat dia. Iya dia.



Nggak terasa udah satu tahun berlalu. Cuaca sore itu menemani Rara yang sedang duduk melamun di ruang tamu, tiba-tiba Rara kepikiran untuk ngerayain ulang tahun Aman,
"rencananya sih.. tanggal 12 kemarin kan Aman ngajak nonton. Nah nanti aku bilang sama dia nonton di Depok Town Square aja, terus nanti aku bawa dia naik angkot ke Harvest sambil mata dia ditutup."

Aman adalah masa lalu yang nyangkut dalam hati Rara. Ntah kenapa Rara selalu ingin melakukan suatu hal untuknya. Walau sebenarnya Rara cukup sadar dan tahu diri hanya ada kata 'teman' diantara mereka saat ini.

Hanya ada waktu kurang dari dua bulan untuk Rara mempersiapkan ini, termasuk budget.
Kalau hanya mengharapkan dari uang jajan mana cukup? belum untuk ngasih makan teman-temannya, belum untuk kemungkinan-kemungkinan lainnya. Tidak mungkin meminta ibu. Gumamnya. Berbagai otak dia putarkan*loh? Sampai akhirnya dia menemui ide yang menolong.

"Bu, besok bikinin aku pizza ya, mau aku bawa ke sekolah, kayaknya hasilnya lumayan."
"Tumben kamu jualan..."
"Hehe *menyengir tak bersalah*". Karena Rara tak mungkin memberitahu alasannya pada ibu.
Keesokan paginya...seperti biasa, Rara berangkat sekolah dengan diantarkan ayahnya, memasuki lingkungan sekolah, dan yang beda, kantung plastik yang dibawa Rara di tangannya. Iya dia bak sudah siap menjajakan itu kepada temannya, padahal malu dan ragu masih menyelimuti hati kecilnya.
Harus dengan gimana aku menawarkannya? Gumamnya sambil berjalan di koridor kelas. Tetapi keinginannya untuk menambah penghasilannya sudah bulat.

Di kelas, perlahan ia tawarkan pizza itu kepada teman sebangkunya.
"Dhe, gue jualan pizza ni. Mau nggak?"
Dan syukurlah tak perlu terlalu lama, pizza itu sudah habis di kelas dan tidak perlu ia jualkan di luar kelasnya. Tanggapan teman-teman tentang makanan itu juga enak. :)

1 2 3 minggu berlalu. Keuntungan 10rb ia dapatkan hampir setiap harinya. Tapi terkadang juga ada buntungnya, ketika ketahuan ada yang belum bayar. Hmm.
Hampir setiap harinya Rara membawa dagangan kue dengan menu yang berbeda setiap harinya. Donat, roti goreng, cupcake,... Pesanan kue via pesan singkat masuk ke hpnya setiap malam. kalau di kelas belum habis, ia dan teman kelas jajakan di kelas-kelas lainnya. Sampai pada suatu hari, ketika mood jualannya sudah turun
"Duh, ini makanan yang aku bawa beda lagi, temen-temen pada suka nggak ya? apa aku bagiin aja?"
Iya, waktu itu ia biarkan teman-temannya mendapatkan itu secara gratis. Iya, dia tau, mungkin nantinya ia yang harus membayar semua itu pada ibu dengan uang simpanannya. Biarlah fikirnya. Tetapi pada akhirnya teman-temannya membayarnya dengan harga yang tidak ditentukan.

Dua minggu menjelang hari H. Rara sibuk-sibuknya mengkontak kakak kelasnya, teman-teman terdekatnya Aman. Iya, ia ingin teman-temannya Aman ada di acara itu. Tetapi tak semua langsung menanggapinya, mungkin mereka malas, malah ada yang sampai menanyakan
"untuk apa kamu mengadakan ini buat dia?"
Rara cuma bisa jawab,
"Iya aku emang bukan siapa-siapanya lagi. Gapapa, aku cuma mau ngasih aja kak. Mungkin itu yang terakhir."

Hampir setiap harinya Rara meminta kepastian sama mereka. Berbagai jawaban. Ada yang satu bisa dateng, yang satunya enggak. Ada ketika temen-temennya bisa datang, tapi yang dikasih surprice nggak bisa datang. Sampai pada tanggalnya, 16 bln 10. Semua itu gagal. Semua itu berantakan. Rara mungkin malu saat itu kepada teman-temannya Aman. Bagai banyak omong tanpa bukti. Padahal bukan tanpa bukti, cuma nggak ada yang tepat aja.
Atau malah memang Tuhan nggak mengizinkan aku memberikan kejutan ini untuk kamu? kenapa?Padahal itu yang aku pingin kasih terakhir untuknya. Gumamnya sambil tersendu-sendu di kamar. Ibu yang malam itu mendengar Rara menangis di kamar datang dan menyapanya
"Kamu kenapa nangis? Udah nggak usah dipikirin."
Perkataan itu, seolah ibu tahu apa yang sedang Rara rasakan. Rara merasa malu sejadi-jadinya saat itu. Rara merasa gagal dan perjuangannya itu sia-sia. :'(


Selesai..

Maafkan Aku semesta


Andai saja dari awal aku tak mengundang dia ke dalam kehidupanku, andai saja aku tak mengizinkan temanku memberikan nomerku padanya, andai saja aku tak melanjutkan percakapan singkat itu dengannya, andai saja aku menghiraukannya, iya andai andai andai...



Pftt iya.. Peng-andai-an itu tak lagi ada gunanya ketika semua telah terjadi. Mungkin ini yang menjadikan alasan orang-orang sering mengatakan "Coba aja gue tahu akhirnya kayak gini, gue nyesel". Iya nyesal itu emang selalu datang belakangan, kalau nyesal itu datang duluan ataupun udah tau akhir dari suatu kisah seperti apa nantinya kita nggak bakal banyak belajar.

Absurd, awkward. Ini ya rasanya diperhatiin orang -lagi-. Aku hampir lupa rasa itu. Kesendirianku akhir ini, hampir melupakan pertanyaan-pertanyaan yang bikin sumringah sendiri. Tapi aku tak mengerti pasti apa maksud semesta mendatangkan dia padaku. Dia yang mungkin hanya pemenuh perhatian tapi tak kuharapkan.
Seperti ada jiwa lain yang masuk ke dalam hidup ini, semenjak kehadirannya. Iya. Aku tak tahu harus apa. Pemberi Harapan Palsu kah gini caranya? Atau hati yang kesepian, yang berharap ada sosok lain, untuk aku pergi dari masa lalu? Pelampiasan? Enggak, enggak, enggak boleh..
Tapi aku bingung harus apa, menjutekannya? mengabaikannya? atau bilang dari awal kalau hati ini nggak ada rasa untuknya? Enggak enggak, itu kePeDean namanya. Dia aja belum mengungkapkan apa-apa. Masa iya dia kasih kode apa, tapi gue nanggapinnya yang lain.
Aku bingung dengan sikapnya yang setiap aku lama balas pesan singkat dia mengintrogasikannya. Kalau dipikir-pikir sih, apa hak dia mengintrogasi seperti itu? Nyariin seseorang yang jelas bukan siapa-siapa dia. Nggak ada hak kamu buat itu. Apalagi sampai marah-marah karena pesan singkat kamu dibalas lama denganku.
Pernah suatu malam kami mengobrol singkat di pesan singkat.
"Mbb, yaudah tidur gih, udah malem tauk :D"
Saat itu memang gue sudah tidur, dan dia...
"Udah tidur ya? kebiasaan gue ditinggal mulu.. Dasar miss PHP, hehe :p"
Sontak gue kaget ketika bangun tidur dia sms seperti itu. Sebernarnya gue yang PHP(Pemberi Harapan Palsu), apa dia yang kegeeran, atau dia juga yang PHP(Penikmat Harapn Palsu)? Entahlah.

Mungkin Aku Memang Berharap, tapi Bukan Kamu Orangnya. Sometimes what's real, Is something you can't see. Hmm
Copyright 2009 Secarik Kata:. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates